A. Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah seorang
dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn
Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas
kekhalifahan islam,sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara
nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW. [1][1]
Pemerintahan Bani Umayyah adalah pemerintahan yang
mempunyai wibawa yang besar,meliputi wilayah yang luas.Mulai dari wilayah Sind
dan berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini hanya bisa bertahan kurang dari
1 abad karena kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Hal ini yang menyebabkan
munculnya Dinasti Abbasiyah.[2][2]
B. Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
1. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah ini
diawali dari tahap persiapan dan perncanaan yang dilakukan oleh Ali ibn
Abdullah ibn Abbas,seorang zahid yang hidup pada masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717-720 M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah melakukan propaganda terhadap
umat islam (utamanya Bani Hasyim).[3][3]
Propaganda Muhammad ibn Ali mendapat
sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena beberapa faktor yaitu
meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Bani Umayyah karena
selama Dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam
sistem sosial sementara orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan,pecahnya
persatuan antar suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab
utara dengan Arab selatan,timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap
pemerintahan yang sekuler karena mereka menginginkan pemimpin negara yang
memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan yang mumpuni, perlawanan dari
kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas
oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa tersebut.[4][4]
Sebelum menggulingkan kekuasaan Dinasti
Umayyah,para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan melakukan
pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang juga dukungan yang kuat
dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang dan
strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda
tersebut.[5][5]
Ali bin Abdullah bin Abbas kemudian
digantikan anaknya Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin Ali ini,usaha
mendirikan dinasti Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas gerakan antara
lain kota al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi,Kufah sebagai
kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Setelah Muhammad bin
Ali wafat,beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim al-Imam.Guna mempertahankan
wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu Muslim al-Khurasan dan
berhasil merebut Khurasan dan mencapai kemenangan.Setelah beliau
wafat,perjuangannya diteruskan oleh adiknya yaitu Abu Abbas bin Muhammad bin
Ali,beliau ingin merangkul kekuatan dari keluaga lain yaitu Bani Hasyim dan
kaum Alawiyin yang tidak pernah mendapat perhatian dan dikucilkan oleh Dinasti
Umyyah.
Dengan bergabungnya Bani Hasyim dan
Kaum Alawyin maka gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang ditakuti oleh Bani
Umayyah,melihat posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan bin Muhammad,peguasa
terakhir Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran massa menuju ke
wilayah Mesir tepatnya di Fustad,disitulah dia mati terbunuh pada tahun 132
H/750 M. Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai era baru dalam
perjalanan sejarah pemerintahan islam,kemudian kekuasaan pindah ke tangan
penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim atau
keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.[6][6]
2. Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah Bani Abbasiyah ini
wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah yang dikuasai oleh Bani Umayyah
antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab,
Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina (Israel), Libanon, Mesir, Libia,
Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah berbeda
dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam daulah Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan
lebih merata,bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab,tetapi lebih demokratis
melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan
masyarakatnya,maka bangsa Persia juga diberi kekuasaan begitu juga bangsa Turki
dan lainnya.[7][7]
3. Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan
kelanjutan dari khalifah Umayyah dimana pendiri dari khalifah ini adalah
keturunan al-Abbas,paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas dimana pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan
dan politik itu,para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode :
a) Periode pertama (132-232 H/750-847
M),disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b) Periode kedua (232-334 H/847-945
M),disebut periode pengaruh Turki pertama.
c) Periode ketiga (334-447 H/945-1055
M),Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d) Periode keempat (447-590 H/1055-1194
M),disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e) Periode kelima (590-656 H/1194-1258
M),masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Baghdad.[8][8]
C. Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai
masa keemasannya.Secara politis,para khalifah betul-betul kokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan, politik, dan agama.Disisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
keemasan dibawah pimpinan al-Mahdi,al-Hadi,Harun
ar-Rasyid,al-Ma`mun,al-Mu`tashim,al-Wasiq dan al-Mutawakil.[9][9]
1. Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah pada
tahun 126 H. Sewaktu ayahnya al-Mansur mulai menjadi khalifah, al-Mahdi berusia
10 tahun dan Isa bin Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti al-Mansur
menurut perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas as-Saffah,tetapi al-Mansur
berniat untuk mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak.Karena itu beliau
mengambil langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajarnya tentang kepahlawanan
dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika al-Mahdi menjadi khalifah,negara
telah dalam keadaan stabil dan mantap,dapat mengendalikan musuh-musuh dan
keuangannya pun telah terjamin.Karena itu zaman pemerintahan al-Mahdi terkenal
sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
Al-Mahdi telah memerintah supaya
dibangun beberapa buah bangunan besar di sepanjang jalan yang menuju ke Makkah
sebagai tempat persinggahan para musafir,memerintahkan supaya dibuat
kolam-kolam air untuk kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan
mereka dan mengadakan hubungan pos di antara kota Bagdad dan wilayah-wilayah
islam yang terkemuka.[10][10]
2. Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti
al-Mahdi yang merupakan anaknya sendiri,pada tahun 166 H al-Mahdi melantik pula
anaknya yang seorang lagi yaitu Harun ar-Rasyid sebagai putra mahkota bakal
pengganti al-Hadi.Kalau al-Mahdi wafat,al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang
menggantikannya secara resmi.
Khalifah al-Hadi ialah khalifah yang
tegas,walaupun beliau gemar berhibur dan bersenda gurau,tetapi semua itu tidak
melalaikannya dari memikul tanggung jawab.[11][11]
Seperti yang telah diketahui khalifah
al-Hadi adalah seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak baik,
baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti orang.[12][12]
3. Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi
pada tahun 145 H,ibundanya adalah Khaizuran,bekas seorang hamba yang juga
ibunda al-Hadi.Beliau telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh agar
berpribadi kuat dan berjiwa toleransi.Ayahanda beliau al-Mahdi telah memikulkan
beban yang berat,bertanggung jawab memerintah negeri dengan melantik beliau
sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau dilantik
memerintah seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika Utara.Harun
ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi ,mewakili beliau di
kawasan-kawasan tersebut.[13][13]
Pribadi dan akhlak Khalifah Harun
ar-Rasyid adalah baik dan mulia yang menyebabkan beliau sangat dihormati dan
disegani.Beliau adalah salah seorang khalifah yang suka bercengkrama,alim dan
dimuliakan.Selain itu,beliau juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang
pemurah dan suka berderma.Beliau juga menyukai musik,ilmu pengetahuan dan dekat
dengan para ulama serta penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun ar-Rasyid,Baitul
Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan
yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum itu khalifah
al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama pemberian,sementara Khalifah
Harun ar-Rasyidmenjadikannya suatu tugas
dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun ar-Rasyid mampu membawa
negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Berikut
usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
· Mengembagkan bidang ilmu pengetahuan
dan seni.
· Membangun gedung-gedung dan sarana
sosial.
· Memajukan bidang ekonomi dan industri.
4. Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap khalifah ini adalah
Abdullah Abdul Abbas al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah Harun ar-Rasyid yang
dilahirkan pada tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786 M.Kelahirannya bertepatan
dengan wafat kakeknya yaitu Musa al-Hadi,juga bersamaan dengan waktu ayahnya
diangkat menjadi khalifah.Adapun ibunda al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba
sahaya yang bernama Marajil.[15][15]
Selain sebagai seorang pejuang yang
pemberani beliau juga sebagai seorang pengusaha yang bijaksana.Semangat
berkarya, bijaksana, pengampun, adil, cerdas merupakan sifat-sifat yang
menonjol dalam pribadi al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah al-Ma`mun selama
menjabat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan hal-hal sebagai berikut :
· Menghentikan berbagai gerakan
pemberontakan untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
· Penertiban administrasi negara untuk
penataan kembali sistem pemerintahan.
· Pembentukan badan negara.
Lembaga Baitul Hikmah berfungsi sebagai
perpustakaan (daur al-kutub), yang tampaknya juga aktif disana para guru, para
ilmuan, disamping aktivitas Penerjemahan, penulisannya dan penjilidannya.[17][17]
5. Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad Al-Mu`tashim lahir
pada tahun 187 H.Ibunya bernama Maridah.Beliau dibesarkan dalam suasana
ketentaraan,karena sifat berani dan minatnya untuk menjadi pahlawan. Di masa
pemerintahan al-Ma`mun, al-Mu`tashim merupakan tangan kanannya dalam
menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga melantik
al-Mu`tashim sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian melantiknya
pula sebagai putra mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan khalifah sesudah
wafatnya, al-Ma`mun.[18][18]
Khalifah pindah bersama korp-korps
kayangannya ke Samara.Di sana beliau mendirikan istana,masjid dan
sekolah-sekolah.Tidak lama kemudian Samara mulai megah seperti Baghdad,tetapi
beliau tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang
besar.Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa ini berkembang dengan pesat,bukan hanya ilmu pengetahuan umum tetapi ilmu
pengetahuan agama.[19][19]
6. Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq dilahirkan pada tahun 196
H,ibunya keturunan Roma bernama Qaratis.Al-Watsiq berperibadi luhur,berpikiran
cerdas dan berpandangan jauh dalam mengurus segala perkara.Bapaknya telah
memberinya kekuasaan di Baghdad,ketika al-Mu`tashim berpindah ke Samara
bersama-sama dengan angkatan tentaranya kemudian melantiknya sebagai putra
mahkota bakal khalifah.Al-Watsiq telah menyandang jabatan khalifah setelah
wafatnya al-Mu`tashim,ayahnya.[20][20]
Al-Watsiq adalah penguasa yang sangat
cakap, pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau banyak memberikan
uang dan menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju dan perdaganagn
lancar.
7. Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far al-Mutawakil adalah putra
al-Mu`tasim Billah (833-842) dari seorang wanita persia.Beliau menggantikan
saudaranya al-Watsiq. Selama masa pemerintahannya al-Mutawakil menunjukkan rasa
toleran terhadap sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan Turki dan
pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi pasukan
asing. Al-Mutawakkil wafat pada tanggal 11 Desember 861 M.[21][21]
D. Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena
terdapat beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
2) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
4) Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah membuka kesempatan
pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.
5) Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya dalam segala bidang.
6) Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan
penghematan dalam pengeluaran.
7) Para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam
berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa Arab.[23][23]
8) Adanya asimilasi antara bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu
pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-bangsa tersebut
memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.[24][24]
E. Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi (811-874 M)
Abu Yusuf Ishak Al-Khindi,beliau
terkenal sebagai filsuf muslim pertama.Beliau mengarang sebanyak kurang lebih
236 buah kitab tentang ilmu mantik, filsafat, handasah, hisab, musik, nujum,
dan lain-lain. Diantara karyanya adalah Kimiyatul Itri, Risalah fi Faslain,
Risalah fi Illat an Nafs ad Damm dan lain-lain.
b. Al-Farabi (870-950 M)
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Tarkhan
Al-Farabi,nama filsuf al-Farabi menjadi terkenal setelah masa al-Khindi.Beliau
lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Damaskus pada tahun 95 M.Diantara
karyanya yaitu Tahsilus Sa`adah,Assiyasatul
Madaniyah,Tanbih ala Sabilis Sa`adah dan lain-lain.
c. Ibnu Sina (980-1037 M)
Ar-Rais Abu Ali Husain bin Abdullah
yang lebih terkenal dengan Ibnu Sina.Beliau lahir di Afsyanah,Bukhara pada
tahun 980 M,dan wafat di Hamdan pada
tahun 1037 M.Beliau adalah seorang dokter dan filsuf ternama.Ibnu Sina
meninggalkan karyanya sebanyak kurang lebih 200 buah.Diantara karya buku
filsafatnya adalah Al Isyarat wa At Tanbihat, Mantiq Al Masyriqiyyin dan
lain-lain.[25][25]
d. Ibnu Bajjah (453-523 H)
Abu Bakar Muhammad bin Yahya atau Ibnu
Bajjah .Beberapa karyanya yang bernilai tentang filsafat, antara lain Tadbirul
Mutawahhid, Fi an Nafs, dan Risalatul Ittisal.
e. Ibnu Rusyd (529-595 H)
Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Rusydi lahir pada tahun 520 H di Kordova.Diantara karyanya dalam bidang
filsafat adalah Mabadiul Falasifah, Tahafutut Tahafut, Kulliyan dan lain-lain.
f. Ibnu Thufail (225-287 H)
Abu Bakar bin Abdul Malik bin
Thufail,beliau adalah salah seorang murid Ibnu Bajjah.Diantara karangannya
adalah Hayy bin Yaqzan.
g. Al-Ghazali (1058-1111 M)
Abu Hamid bin Muhammad at-Tusi
al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111 M.Diantara
karyanya adalah Tahafutul Falasifah, Ar-Risalatul Qudsiyah dan Ilya Ulumuddin.[26][26]
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina (980-1037 M)
Selain sebagai filsuf beliau juga
terkenal sebagai seorang dokter.Diantara kitabnya adalah Asy Syifa` dan Al
Qonun Fitthibb.
b. Ar-Razi (194-264 H)
Abu Bakar bin Zakaria ar-Razi,beliau
adalah seorang dokter yang paling masyhur di zamannya,beliau menjadi ketua
dokter di Baghdad.Diantara kitab karangannya adalah Al Hawi dan Fi Al Judari Wa
Al Hasbat.
c. Ibnu Baytsar (810-878 M)
Beliau adalah ahli farmasi dan kimia.
Karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni, Mizanut Thabib dan Jami` Mufradtil
Adwiyah wa Aghniyah.[27][27]
d. Bidang Matematika
Dalam bidang ini salah satu ahlinya
adalah al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar
(buku pertama yang membahas solusi sistematik dari lnier dan notasi
kuadrat),sehingga beliau disebut sebagai Bapak
Aljabar.Kata aljabar berasal dari kata aljabr,satu
dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.[28][28]
IV. ANALISIS
Dinasti Abbasiyah adalah
bentuk kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan pemerintahan Bani
Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan pendirinya adalah keluarga
Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah
merupakan imperium islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang sangat pesat
di dalam ilmu pengetahuan dan sains.Hal ini terjadi karena para khalifahnya
sangat peduli dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.Usaha awal dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan
seperti kuttub,masjid,madrasah,majlis munazarah dan yang paling mendukung
adalah dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat
penerjemah,perpustakaan,penelitian,serta perguruan islam yang mampu memunculkan
para ilmuan islam atau tokoh intelektual muslim.
Para pemimpin pada
masa bani Abbasiyah mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi,hal ini
ditunjukkan masyarakatnya yang antusias dalam mencari ilmu,penghargaan yang
tinggi bagi para ulama,para pencari ilmu,tempat – tempat menuntut
ilmu,banyaknya perpustakaan – perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang
dibangun oleh para khalifah pada waktu itu,tradisi intelektual inilah yang
seharusnya kita contoh,sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar
ketertinggalan dan segera lepas dari
keterpurukan.
Perkembangan dan kemajuan
Daulah Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya
persatuan dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan keamanan
sebuah pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam menciptakannya.
V.
KESIMPULAN
v Daulah Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan
yang sangat pesat dalam berbagai bidang.Para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a. Periode pertama disebut periode
pengaruh Arab dan Persia pertama.
b. Periode kedua disebut periode pengaruh
Turki pertama.
c. Periode ketiga disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima
v Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah yang mengalami
perkembangan adalah :
1. Al-Mahdi
2. Al-Hadi
3. Harun ar-Rasyid
4. Al-Ma`mun
5. Al-Mu`tashim
6. Al-Watsiq
7. Al-Mutawakkil
v Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
a. Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Dalam penyelenggaraan negara ada
jabatan wazir.
d. Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya.
e. Banyak buku asing yang diterjemahkan
kedalam bahasa Aarab.
v Tokoh intelektual muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi
b. Al-Farabi
c. Ibnu Sina
d. Ibnu Bajjah
e. Ibnu Rusyd
f. Ibnu Thufail
g. Al-Ghazali
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina
b. Ar-Razi
c. Ibnu Baytsar
3. Bidang Matematika
Al-Khawarizmi
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang
dapat saya buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin dan saya yakin
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah selanjutnya.Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan atas perhatiannya
saya mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,Muh,Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:CV.Aneka Ilmu,2009
Ismiyatun,Sejarah Kebudayaan Islam,Madrasah Tsanawiyah
Karim,Abdul,M,Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam,Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007
Sanusi, Ja`far, dkk, Sejarah
Kebudayaan Islam, Madrasah Aliyah III, Semarang: CV.Wicaksana
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam III, Jakarta:
PT.Al Husna Zikra, 2000, cet ke-3
Syukur,Fatah,Sejarah Peradaban Islam,Semarang:PT.Pustaka
Rizki,2009
Yatim,Badri,Sejarah
Kebudayaan Islam II,Semarang:-,1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar